
PENDEKATAN PUASA BAGI ANAK AUTIS
Oleh : Hana Cintami Fikri, S.Pd
Puasa di bulan Ramadan salah satu kewajiban bagi umat muslim yang telas baligh.Namun bagi anak anak, terkhususnya anak anutis menjalankan puasa bias menjadi tantangan tersendiri. Anak autis memiliki ciri khas yang mempengaruhi cara mereka memahami lingkungan di sekitar mereka, termasuk cara berinteralsi dengan lingkungan sosial, yang pada gilirannya memengaruhi bagaimana mereka menghadapi puasa Ramadan.
Autisme adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi cara seseorang beribteraksi, berkomuniaksi dan belajar. Anak autis mungkin mengalami berbagai kesulitasn dalam hal komunikasi verbal, pemahaman sosial, dan pengaturan rutinitas sehari hari. Karena itu puasa yang meibatkan perubahan pola makan dan aktivitas rutin bias membuat bingung bahkan juga stress bagi mereka. Namun dengan pendekatan yang tepat, anak autis bias merasakan manfaat puasa Ramadan secara pribadi.
Beberapa tantangan yang umum dihadapi oleh anak-anak dengan autisme dalam menjalankan puasa adalah:
- Kesulitan mengikuti perubahan rutinitas
Anak autis biasanya sangat bergantung pada rutinitas dan pola hidup yang stabil dan beraturan. Perubahan besar dalam jadwal makan, tidur, dan aktivitas yang terjadddiii selama bulan Ramadan bias mengganggu kenyamanan mereka. Pada bulan Ramdhan sahur dilakukan lebih awal dan berbuka setelah matahari terbenam, yang dapat memengaruhi pola tidur mereka. Perubahan ini bias menyebabkan anak menjadi bingung bahkan tantrum.
- Kesulitan memahami konsep puasa
Konsep puasa, yang melibatkan pengendalian diri untuk tidak makan dan minum selama waktu tertentu, bisa sulit dipahami oleh anak autis, terutama jika mereka masih kecil atau memiliki tingkat perkembangan kognitif yang terbatas. Mereka mungkin tidak mengerti mengapa mereka harus berhenti makan atau minum, atau kesulitan memahami nilai spiritual dari ibadah puasa itu sendiri.
- Masalah kesehsatan
Beberapa anak autis memiliki kondisi kesehatan yang dapat memperburuk proses puasa. Gangguan makan atau masalah pencernaan sering terjadi pada anak-anak dengan autisme. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan asupan gizi dan cairan mereka agar tetap terjaga kesehatannya selama berpuasa.
Beberapa pendekatan untuk membantu anak autis dalam melaksanakan puasa Ramadan :
- Tetapkan rutinitas yang jelas dan konsister
Anak autis merasa lebih nyaman jika ada rutinitas yang jelas. Oleh karena itu, penting untuk membuat jadwal yang tetap untuk sahur, puasa, dan berbuka. Misalnya, sahur dilakukan pada pukul tertentu setiap hari, dan berbuka pada waktu yang sama. Rutinitas ini memberikan rasa aman dan meminimalkan kebingungan bagi anak. Jika ada perubahan, pastikan untuk memberitahukan anak terlebih dahulu dengan cara yang mereka pahami.
- Mulai puasa sehari penuh
Jika anak sudah cukup besar dan mampu berpuasa sebagian hari, orang tua dapat mulai mengenalkan puasa dengan durasi yang lebih pendek. Misalnya, mereka bisa mencoba untuk tidak makan atau minum mulai dari sahur hingga waktu berbuka selama beberapa jam, kemudian secara bertahap memperpanjang durasi tersebut. Jika anak belum siap untuk berpuasa seharian penuh, bisa dimulai dengan berpuasa setengah hari atau bahkan beberapa jam saja.
- Makan makanan bergizi yang mudah dicerna
Beberapa anak dengan autisme mungkin memiliki masalah makan atau kesulitan menerima jenis makanan tertentu. Untuk itu, saat sahur dan berbuka, penting untuk memilih makanan yang bergizi dan mudah dicerna. Porsi makan yang kecil namun sering lebih baik bagi anak-anak yang mungkin kesulitan makan dalam jumlah besar. Juga, pastikan mereka cukup mendapatkan cairan selama waktu sahur untuk menghindari dehidrasi.
- Memberi dukungan sosial dan emosional
Selama Ramadan, beri anak kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas keagamaan atau keluarga yang sesuai dengan kemampuannya. Mungkin mereka belum siap untuk ikut salat berjamaah, namun mereka bisa mendengarkan bacaan Al-Qur’an bersama keluarga atau terlibat dalam kegiatan lain yang tidak terlalu berat. Memberikan dukungan emosional yang berkelanjutan, serta memberi mereka kesempatan untuk merasakan kebersamaan dan keberkahan Ramadan, sangat penting.
Puasa bagi anak autis bisa menjadi pengalaman yang penuh tantangan, namun dengan pendekatan yang bijaksana, penuh pengertian, dan dukungan yang tepat, mereka tetap bisa menjalani ibadah ini dengan baik. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, dan penting bagi orang tua serta masyarakat untuk menyesuaikan cara pendekatan dengan kebutuhan spesifik anak. Dengan sabar dan penuh kasih, puasa dapat menjadi kesempatan bagi anak autis untuk belajar dan merasakan manfaat spiritual dari Ramadan.