Sekolah Luar Biasa Autisma Yayasan Pengembangan Potensi Anak Bukittinggi

Berita


Anak Berkesulitan Belajar pada Pelajaran Matematika (Diskalkulia)

Oleh : Sri Rahayu Wulandari, S.Pd.

Anak diskalkulia memiliki masalah dalam wujud kesulitan membedakan angka, simbol-simbol serta bangun-bangun ruang (kemampuan persepsi visual yang buruk), tidak sanggup mengingat dalil-dalil matematis (ingatan yang buruk), menulis angka yang tidak terbaca atau dalam ukuran kecil (kelemahan fungsi motorik), dan tidak memahami makna simbol-simbol matematis (pemahaman yang lemah terhadap istilah-istilah matematis) (Wood, 2009, p. 75).  Menurut (Sinaga & Simarmata, 2020) asal kata Dyscalculia yaitu dari bahasa Yunani yang artinya adalah “ketidakmampuan berhitung”. Awalan “dys” berarti “ketidakmampuan” sedangkan “calculus” berarti “kerikil”, manik, dekak atau kelereng. Karena zaman dahulu menghitung dengan alat bantu kerikil maka dari sinilah istilah diskalkulia berasal. Secara istilah diskalkulia adalah kesulitan belajar yang dialami oleh seorang anak yang ditandai dengan kesulitan dalam berhitung. Pada proses pembelajaran, siswa yang mengalami kesulitan belajar akan tampak ketika dirinya tidak mampu memahami konsep-konsep hitung atau mengenali simbol-simbol aritmatika seperti tambah, kurang, bagi, kali, dan akar (Astuti et al., 2014)

Siswa yang mengalami diskalkulia dalam interaksinya dengan siswa lain sering dianggap sebagai seorang anak yang “bodoh” padahal mereka tetap mempunyai kemampuan berhitung jika diajarkan dengan cara yang tepat. Peran guru dalam mengatasi siswa yang diskalkulia merupakan hal yang paling penting dalam mengkondisikan karakter siswa yang berbeda-beda. Penanganan khusus yang harus diberikan oleh guru sebaiknya menjadi perhatian yang penting karena sangat mempengarhui masa depan siswa kedepannya. Jika guru memiliki pemahaman terhadap kesulitan menghitung yang siswa alami, maka siswa yang mengalami permasalahan tersebut akan dapat teratasi untuk kemudian disusun sebuah program pembelajaran terindividual bagi siswa tersebut. (Pamungkas & Jana, 2018)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Diskalkulia

  1. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Guru harus sensitif terhadap gangguan yang dialami seorang anak, semakin cepat guru mengetahuinya, makin cepat pula masalah anak dapat diselesaikan.

  1. Faktor Intelektual

Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor metode mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru juga turut mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak.

  1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat, kondisi ini pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Faktor sosial ekonomi, orang tua, dan lingkungan merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa.

  1. Faktor Psikologis

Faktor psikologis mencakup motivasi, minat dan kematangan sosial, emosi dan penyesuaian diri. Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak siswa, ini akan memotivasi siswa agar belajar intensif. Seseorang tidak berminat belajar membaca jika dalam keadaan tertekan. Seseorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak yang mudah marah, menangis, atau menarik diri akan mendapat kesulitan dalam belajar membaca, sebaliknya anak yang lebih mudah mengontrol emosinya akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibaca dan dihitung.

 

Aspek sosial emosi anak diskalkulia

Anak diskalkulia juga mempunyai keinginan untuk bergaul dengan teman-temannya, namun karena dia sering marah, mengamuk, merusak atau dia sedang kesal, mungkin ini yang menyebabkan anak sering dijauhi teman-temannya. Anak diskalkulia biasanya tidak mempunyai teman, apalagi sahabat. Anak diskalkulia cenderung egois, tidak mau berbagi dengan saudara atau temannya. Anak diskalkulia cepat marah dan mengamuk. Hal ini nampak pada perilakunya (Suharmaini, n.d.). perilaku anak ini membuat guru tidak suka, guru menganggap anak bodoh, malas, tidak disiplin semaunya sendiri.guru mengatakan anak itu tidak mau mengerjakan tugas, suka mengamuk. Bagi saya lebih baik punya murid tidak begitu pintar tapi nurut dan disiplin.Tin Suharmaini (2004) mengatakan bahwa ada penyimpangan perilaku yang menyertai anak diskalkulia yaitu agresif hiperaktif, memiliki emosi yang tidak stabil, cepat tersinggung dan mudah marah. Perkembangan sosial anak diskalkulia yang disertai dengan gangguan emosi dan hiperaktif mengalami hambatan.

 

Karakteristik anak kesulitan belajar matematika

Menurut (Suzana & Maulida, 2019) ada beberapa ciri-ciri siswa dapat dikatakan mengalami gangguan diskalkulia, yaitu:

  1. Ditandai dengan gangguan dalam memahami pola hubungan keruangan.

Contoh dari gangguan tersebut seperti “atasbawah, puncak-dasar, jauh-dekat, besar-kecil,tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir” . Pada siswa yang telah memasuki Sekolah Dasar biasanya sudah mampu menguasai konsep tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari siswa telah memahami konsep tersebut dari pengalaman yang dimiliki siswa melalui lingkungan sosialnya baik ketika mereka bermain dengan temannya atau di dalam kehidupan sehari-harinya. Siswa yang mengalami memahami konsep tentang pola hubungan keruangan dapat disebabkan oleh faktor kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkup sosialnya tidak mendukung kondisi yang kondusif agar terjalin komunikasi. Hal tersebut disebabkan oleh dua kondisi, diantaranya kondisi instrinsik yang ada karena ketidakmampuan otak dan kondisi ekstrinsik berupa lingkup sosial yang tidak mendukung adanya komunikasi sehingga menyebabkan siswa mengalami gangguan dalam memahami beberapa konsep pola hubungan keruangan.

  1. Abnormalitas persepsi visual

Ketidakmampuan siswa dalam melihat macam-macam objek dalam satu kelompok dan hubungan diantaranya dapat terjadi dikarenakan adanya gejala abnormalitas persepsi visual. Siswa yang mengalami abnormalitas persepsi visual akan terlihat tidak mampu apabila disuruh untuk menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-masing benda tersebut terdiri dari empat atau lima anggota. Abnormalitas persepsi visual yang dialami siswa dengan masalah tersebut akan menghitung anggota benda tersebut satu persatu terlebih dahulu sebelum kemudian menjumlahkannya.

  1. Asosiasi visual-motorik

Siswa diskalkulia tidak dapat menghitung beberapa benda dengan berurutan sambil membilang benda tersebut. Contohnya seperti menghitung jumlah suatu bilangan “satu, dua, tiga, ...”. tanpa memperhatikan bahwa benda yang dihitung tersebut bukan benda bilanagn pertama akan tetapi siswa baru memegang benda kedua namun baru mengucapkan “satu” atau kebalikannya baru menyentuh benda pertama namun ia sudah mengucapkan “dua”. Oleh sebab itu siswa dengan masalah tersebut menunjukkan kesan bahwa ia hanya menghafal bilangan tapi tidak memahami maknanya. (Sinaga & Simarmata, 2020)

  1. Perseverasi

Siswa yang mengalami masalah perseverasi ditandai dengan hanya fokus pada satu objek saja dengan waktu yang lama sehingga awalnya dapat menyelesaikan tugas dengan baik, namun lambat laun fokusnya melekat pada objek yang lain.

  1. Ketidakmampuan dalam mengenal dan memahami simbol

Sebagian siswa diskalkulia yang mengalami ketidakmampuan dalam mengenal dan menggunakan beberapa simbol matematika, seperti : +, -, ×, ÷, >, < dan simbol lainnya. Ketidakmampuan dalam memahami simbol dikarenakan adanya gangguan memori pada otak atau adanya gangguan persepsi visual.

  1. Gangguan penghayatan tubuh

Siswa yang mengalami masalah ini akan merasa sukar untuk memahami hubungan dari bagian-bagian tubuhnya sendiri. Gangguan yang dialami siswa tersebut seperti siswa disuruh untuk menggambar bagian tubuh manusia, maka yang ia lakukan adalah menggambar dengan beberapa bagian yang tidak lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada posisi yang tidak tepat.

  1. Kesulitan memahami bahasa dan membaca

Siswa yang mengalami kesulitan pada memahami bahasa dan membaca disebabkan karena pelajaran matematika banyak menggunakan simbol-simbol tertentu. Oleh karenanya, kesulitan dalam kemampuan memahami bahasa dapat mempengaruhi kemampuan siswa pada pelajaran, seperti halnya soal matematika yang didesain berbentuk soal cerita menuntut kemampuan membaca untuk menyelesaikanny sehingga siswa yang mengalami kesulitan memahami bahasa dan membaca akan susah untuk menyelesaikan soal tersebut.

  1. Performance IQ lebih rendah daripada Verbal IQ

Apabila dilakukan tes inteligensi dengan mengandalkan alat WISC maka akan diperoleh siswa yang mengalami diskalkulia memiliki skor Performance IQ (PIQ) yang lebih rendah daripada skor Verbal IQ (VIQ). Hal tersebut dikarenakan tes inteligensi tersebut mempunyai dua kategori sub tes, diantaranya tes performance dan tes verbal. Cakupan isi dari sub tes performance diantaranya melengkapi objek, menyusun objek, menyusun gambar, menyusun balok dan coding. Sedangkan sub tes verbal terdiri dari Informasi, persamaan, aritmatika, bendahara kata, serta pemahaman.

 

Jenis-jenis diskalkulia

Menurut (Sinaga & Simarmata, 2020) yang dikutip dari (Patricia & Zamzam, 2019) beberapa jenis diskalkulia yaitu terdiri dari:

  1. Diskalkulia kuantitatif adalah siswa mengalami kesulitan dalam keterampilan menghitung dan mengkalkulasi
  2. Diskalkulia kualitatif adalah siswa mengalami kesulitan menguasai keterampilan yang diperlukan dalam melakukan operasi matematika seperti penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat
  3. Diskalkulia intermediate adalah siswa tidak mampu untuk mengoperasikan simbol atau bilangan, seperti , t, -, x, ÷, √. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan ketika jumlahnya lebih besar dari 1.000.000 sehingga siswa akan membutuhkan bantuan untuk memanipulasi atau membacanya
  4. Diskalkulia verbal yaitu siswa dapat membaca dan menulis bilangan akan tetapi mengalami kesulitan dan tidak dapat paham tentang makna dari bilangan, mengingat nama bilangan, atau mengenali bilangan ketika diucapkan oleh seseorang
  5. Diskalkulia practognostic yaitu siswa mengalami kesulitan dalammelakukan manipulasi sesuatu secara matematis, misalnya apabila membandingkan bilangan dalam melihat mana yang lebih kecil atau besar akan mengalami kesulitan dengan kuantitas, volume atau persamaannyambaik secara praktis ataupun sistematis
  6. Diskalkulia leksikal yaitu siswa mampu membaca digit secara tunggal, akan tetapi tidak dapat mengingat dalam hal jumlah yang besar
  7. Diskalkulia grafis yaitu siswa mengalami kesulitan dalam menulis simbol dan bilangan matematika baik berupa angka, lambang, dan sebagainya.
  8. Diskalkulia indiagnostik merupakan kesulitan yang dialami siswa dalam mengingat ide atau konsep matematika setelah selesai mempelajarinya, hal tersebut mempengaruhi dalam memahami pembelajaran berikutnya
  9. Diskalkulia operasional yaitu siswa mengalami kesulitan dalam melakukan operasi dan hitungan aritmatika, selain itu juga memiliki masalah untuk melakukan perhitungan yang membutuhkan memanipulasi angka dan pemahaman terhadap simbol matematika

 

Terapi anak berkesulitan matematika

Menurut penelitian (Purnomo, Azizah, Hartono, Hartatik, & Tri Bawono, 2017) salah satu game untuk terapi anak diskalkulia yaitu Storyboard. Aplikasi game ini didesain hanya 3 level permainan.

Pada level 1 pemain diajak untuk mencari huruf dan angka yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan. pemain diajak berkenalan dengan huruf A sampai Z dan angka 1 sampai 10dengan memberikan efek suara setiap huruf yang dijawab dan angka yang dijawab.

Pada level 2 pemain diajak untuk mengingat huruf, angka dan simbol yang menurut mereka sulit untuk dihafalkan. Tujuan pada leverl 2 adalah untuk mengetes daya ingat dari anak disleksia dan diskalkulia dalam mencari huruf dan angka yang sama didalam permainan puzzle. Level 3 pemain diajak untuk menyusun sebuah kata dan menjawab pertanyaan matematika dasar.

Pada level 3 diberikan batasan waktu dalam menyusun huruf menjadi kata yang sesuai dengan gambar yang ditunjukkan dan menjawab soal matematika dasar yang hanya ada pada Level 3 dalam permainan. Kegunaan dari adanya batas waktu tersebut agar anak diharapkan dapat menjawab pertanyaan pada soal dengan cepat dan benar dan mengajak anak untuk berfikir cepat dalam menjawab pertanyaan pada permainan. Batasan waktu yang digunakan adalah 10 detik saja, sehingga anak diajak menjawab pertanyaan sebelum 10 detik habis.

DAFTAR PUSTAKA

Fathimah, N. S., & Ishartiwi. (2018). Pengembangan Multimedia Permainan Interaktif Pembelajaran Berhitung Bagi Anak Diskalkulia Usia Prasekolah. 5(2), 115–128.

Patricia, F. A., & Zamzam, K. F. (2019). DISKALKULIA ( KESULITAN MATEMATIKA ) BERDASARKAN GENDER PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MALANG. 8(2), 288–297.

Purnomo, A., Azizah, I. N., Hartono, R., Hartatik, H., & Tri Bawono, S. A. (2017). Pengembangan Game Untuk Terapi Membaca Bagi Anak Disleksia Dan Diskalkulia. Simetris : Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 8(2), 497. https://doi.org/10.24176/simet.v8i2.1351

Sinaga, R., & Simarmata, E. J. (2020). Media Gambar Terhadap Diskalkulia Di Sekolah Dasar. 7(2), 219–234.

Suharmaini, T. (n.d.). Aspek-aspek Psikologis Anak Diskalkulia.

 

Info Terkini

DAPODIKMEN

YPPA SUMBAR

Gedung Sekolah

Kontak

Alamat :

Jalan Pintu Kabun Jirek Gang Mawar , Kelurahan Pintu Kabun, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan,

Telepon :

08126741449

Email :

yppabukittinggi@gmail.com

Website :

www.slbautisma-yppabukittinggi.sch.id

Media Sosial :

Kepala Sekolah dan Majelis Guru

Layanan

Kalender

Januari 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31