Mengajarkan Anak Berkebutuhan Khusus Agar Mampu Mengelola Emosi
Ditulis oleh : Inneke Lailaturrahmi, S.Pd
Anak-anak sering menghadapi persoalan dalam mengelola dan mengontrol emosi. Meskipun kemarahan adalah emosi yang normal dan harus diungkapkan, namun ada beberapa ekspresi kemarahan yang dapat membuat seseorang justru menjadi kasar dan agresif. Bahkan anak-anak berkebutuhan khusus juga harus diajarkan bagaimana mengelola emosi.
Mengelola emosi memang bukan hal yang mudah bagi anak berkebutuhan khusus. Tapi hal tersebut bukan berarti tidak bisa ditangani. Anak-anak berkebutuhan khusus perlu mengetahui bagaimana menyalurkan amarah dengan cara yang tepat dan aman. Hal ini bertujuan agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat mengenali tanda kemarahan dan menentukan cara yang tepat dalam mengelola amarah.
Jika bisa mengelola emosi dengan baik, maka akan menghidari anak-anak berkebutuhan khusus dari ledakan-ledakan amarah yang bisa menyakiti diri sendiri bahkan orang lain di sekitarnya.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa membantu anak-anak berkebutuhan khusus untuk mengelola emosi dengan baik :
1. Ajarkan Cara Menenangkan DiriJika anak berkebutuhan khusus sedang marah, jangan bereaksi atau menegurnya. Hal tersebut malah dapat memicu kemarahannya. Beri mereka waktu sejenak agar anak merasa lebih tenang. Bawa masuk ke ruangan lain dengan suhu udara yang lebih dingin agar memperoleh ketenangan. Pergi ke tempat yang tenang, jauh dari apa yang menyebabkan kemarahan, juga bisa membantu anak berkebutuhan khusus untuk tenang. Namun, jika anak berkebutuhan khusus justru agresif dan cenderung bersikap kasar, hentikan mereka segera.
2. Belajar Mengungkapkan Perasaan
Jangan biasakan anak berkebuthan khusus meluapkan amarah tanpa alasan. Biasanya mereka cenderung berteriak, menjerit, memukul, menendang, dan melempar benda saat mereka marah karena mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan kemarahannya secara verbal. Ajarkan anak-anak berkebutuhan khusus kata-kata emosi yang berbeda dan cukup baik untuk memberi tahu guru atau orang tuabagaimana perasaan mereka yang sebenarnya. Beberapa kata yang bisa digunakan untuk mengungkapkan perasaan adalah 'marah', 'bahagia', 'takut', 'geram', 'gugup', 'cemas', 'jengkel', dan 'kesal'.
Begitu sudah mengajarinya, dorong anak berkebutuhan khsusus untuk menggunakan kata-kata tersebut ke dalam sebuah kalimat, seperti "Saya sangat marah sekarang!" atau "Saya marah padamu" atau "Dia mengganggu saya." Tak perlu khawatir, karena berbicara selalu merupakan cara yang lebih baik untuk mengekspresikan amarah daripada menendang, meninju, menggigit, melempar, dan menghancurkan barang.
3. Jangan Biasakan Memendam Amarah
Begitu emosi muncul, maka adrenalin akan terpompa dan detak jantung akan meningkat. Saat tingkat adrenalin meningkat, maka anak akan merasa lebih energik dan kuat serta cenderung berbicara lebih keras. Perubahan dalam tubuh ini meningkatkan risiko agresi dan kekerasan. Untuk mencegahnya, penting untuk mengalihkan semua adrenalin tersebut kepada sesuatu yang lebih produktif dan tidak terlalu berbahaya. Berlari, berenang, atau bermain olahraga adalah beberapa kegiatan pengelolaan kemarahan yang paling efektif untuk anak-anak berkebutuhan khusus
4. Terapkan Batasan
Anak-anak berkebutuhan khusus boleh saja marah, sejauh tidak sampai melampaui batas. Kadar toleransi guru dan orang tua akan mencapai batasnya ketika kemarahan anak sudah sampai merusak fisik dan mengumpat. Diantaranya seperti memukul, menendang, menggigit, mencubit, atau menggunakan kekerasan fisik. Pastikan batasan-batasan tersebut menjadi aturan yang tidak tertulis. Pastikan guru, orang tua dan anak berkebutuhan khusus memahami peraturan ini dan menjalankan konsekuensinya saat salah satunya ada yang melanggar.
5. Aktivitas Fisik untuk Luapkan Kemarahan
Kemarahan anak berkebutuhan khusus bisa juga dilampiaskan melalui aktivitas fisik, sejauh aktivitas itu tidak melukai orang lain. Bisa menggunakan tas atau bantal sebagai media untuk melampiaskan kemarahan. Aktivitas fisik juga ada batasnya. Selain itu kita bisa mengajarkan anak untuk menuliskan perasaan mereka pada selembar kertas. Lalu menyobeknya hingga menjadi potongan kertas yang berkeping-keping. Menggambar atau melukis menggunakan warna juga bisa menjadi cara yang bagus untuk menenangkan pikiran dan mengubah kemarahan menjadi sesuatu yang kreatif