Anak Tantrum, Jangan Panik
Ditulis oleh Nurhidayah, S.Pd
Tantrum pada anak autis adalah reaksi emosional yang intens, seperti menangis, berteriak, melempar barang, menyakiti diri sendiri, bahkan menyakiti orang lain.Hal ini dilakukan anak untuk mengekspresikan ketidaknyamanan atau keadaan yang tidak bisa mereka komunikasikan secara verbal.
Dalam menghadapi anak yang tantrum ini, siapapun yang berada disekitar anak diharapkan dapat dengan tenang dan penuh kasih untuk menenangkanya. Hal utama yang kita lakukan adalah menghindarkan benda-benda yang akan membayakan anak. Jika keadaanya terjadi di sekolah, guru harus dapat memahami penyebab tantrum dan memberikan strategi untuk mengatasinya.
Kondisi tantrum bisa terjadi kapan saja, tetapi lebih sering dipicu oleh:
1) Ketidakmampuan mengungkapkan keinginan atau kebutuhan.
2) Lingkungan yang terlalu ramai.
3) Perubahan rutinitas yang tidak terduga.
4) Ketidaknyamanan fisik, seperti lapar, lelah, atau sakit.
Tantrum seringkali menjadi bentuk komunikasi bagi anak autis ketika :
1) Anak merasa kewalahan dengan situasi atau rangsangan tertentu.
2) Anak tidak dapat mengekspresikan emosi atau kebutuhan mereka secara verbal.
3) Anak mencari cara untuk mengontrol lingkungan yang dirasa tidak nyaman.
Tantrum bisa terjadi di berbagai tempat, seperti:
1) dirumah : saat anak merasa tidak nyaman dengan perubahan rutunitas.
2) Di sekolah: Ketika menghadapi tugas yang sulit atau lingkungan yang terlalu bising.
3) Di tempat umum: Karena merasa kewalahan dengan banyaknya orang atau suara.
Saat anak autis tantrum, yang harus kita lakukan adalah:
1) tetap tenang, jangan terpancing emosi ,anak membutuhkan ketenangan dari orang yang berada disekitarnya.
2) Identifikasi Pemicu, kita cari tahuapa yang menyebabkan anak tantrum, apakah karena lapar, kelelahan, atau stimulus tertentu.
3) berikan ruang aman, Jika memungkinkan bawa anak ke tempat yang tenang agar mereka merasa lebih nyaman dan aman.
4) Gunakan teknik komunikasi yang tepat atau bahasa tubuh yang menenangkan. Jika anak memiliki alat bantu komunikasi (seperti kartu gambar), gunakan untuk membantu mereka mengekspresikan kebutuhan.
5) alihkan perhatian, kita coba menawarkan aktivitas lain atau benda yang disukai anak untuk mengalihkan fokusnya.
6) tetapkan rutinitas yang konsisten, karena nak autis sering kali merasa lebih aman dengan rutinitas yang teratur (minimalkan perubahan mendadak).
7) beri pelukan atau sentuhan lembut (jika anak menerima). Beberapa anak merasa lebih tenang dengan pelukan, sementara yang lain lebih nyaman dibiarkan sendiri. Kita harus pahami kondisi anak.
8) belajar dari kejadian, setelah tantrum berakhir, catat apa yang memicunya dan pelajari pola yang mungkin muncul untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Menghadapi anak autis yang tantrum memerlukan kesabaran, pengertian, dan strategi yang tepat. Ingatlah bahwa tantrum adalah cara anak mengekspresikan diri, bukan sekadar perilaku buruk. Dengan pendekatan yang bijak, kita dapat membantu anak merasa lebih nyaman, menghadapi keadaan di sekitarnya.