Orang tua bersama anak ADHD
Oleh: Sri Rahayu Wulandari, S.Pd
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan yang sering ditemukan pada anak-anak, dengan gejala utama berupa kurangnya perhatian, perilaku hiperaktif, dan impulsivitas. Gangguan ini tidak hanya memengaruhi kemampuan anak untuk belajar di lingkungan sekolah, tetapi juga berdampak pada hubungan sosial, emosional, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Anak dengan ADHD sering kali kesulitan untuk mengikuti aturan, fokus pada tugas tertentu, dan mengendalikan emosi mereka. Di tengah berbagai tantangan ini, peran orang tua menjadi krusial sebagai pendamping utama yang membantu anak menghadapi berbagai kesulitan yang timbul akibat ADHD. Dalam konteks keluarga, orang tua memiliki peran multifungsi, mulai dari memberikan pengasuhan, mendukung regulasi emosi anak, hingga menjadi jembatan antara anak dengan lingkungan sosial mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan ADHD yang mendapatkan dukungan penuh dari orang tua cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola gejala dan beradaptasi dengan lingkungannya (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Orang tua dapat membantu anak dengan memberikan arahan yang jelas, menciptakan rutinitas yang terstruktur, dan menerapkan teknik reinforcement positif untuk mengurangi perilaku impulsif atau hiperaktif. Namun, peran orang tua dalam mendampingi anak dengan ADHD bukan tanpa tantangan. Banyak orang tua yang merasa kesulitan untuk memahami karakteristik anak mereka, terutama karena ADHD sering kali disalahartikan sebagai bentuk kenakalan atau kurangnya disiplin. Pemahaman yang kurang ini dapat menghambat proses intervensi yang efektif. Selain itu, orang tua juga sering menghadapi tekanan emosional akibat stres dan kelelahan dalam mengasuh anak dengan ADHD, yang pada akhirnya dapat memengaruhi pola asuh mereka (Utami, 2020). Di Indonesia, kesadaran tentang ADHD masih relatif rendah dibandingkan negara-negara maju, sehingga banyak orang tua terlambat menyadari bahwa anak mereka membutuhkan perhatian khusus. Situasi ini membuat banyak anak dengan ADHD kehilangan kesempatan untuk mendapatkan intervensi dini yang sangat penting dalam mendukung perkembangan mereka.
Selain itu, kurangnya akses terhadap sumber daya seperti program pelatihan bagi orang tua dan konseling keluarga menjadi kendala tambahan dalam menangani ADHD secara efektif. Meskipun demikian, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa intervensi berbasis keluarga dapat menjadi pendekatan yang efektif untuk mendukung anak dengan ADHD. Orang tua yang dilibatkan dalam program edukasi tentang ADHD cenderung lebih mampu memahami kebutuhan anak mereka dan menerapkan strategi pengelolaan perilaku yang tepat. Strategi ini mencakup penerapan rutinitas harian, komunikasi yang jelas, serta pendekatan berbasis kasih sayang yang dapat membantu anak mengembangkan keterampilan regulasi diri. Dengan peran yang aktif dari orang tua, anak-anak dengan ADHD memiliki peluang lebih besar untuk mencapai potensi mereka secara optimal (Purnamasari, 2017). Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi lebih jauh bagaimana orang tua dapat menjadi pendukung utama dalam membantu anak dengan ADHD. Melalui pendekatan yang holistik, yang tidak hanya mencakup pengelolaan perilaku tetapi juga dukungan emosional, diharapkan peran orang tua dapat membantu anak menghadapi tantangan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran strategis orang tua dalam membantu anak dengan ADHD, serta mengidentifikasi strategi yang dapat diterapkan untuk mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.
Peran Orang Tua dalam Membantu Anak dengan ADHD
Kasus ini mencerminkan tantangan yang dihadapi anak dengan ADHD dan pentingnya peran orang tua dalam mendukung perkembangan mereka. Berdasarkan penelitian dan pendekatan praktis, berikut adalah cara orang tua dapat membantu anak dengan ADHD secara holistik.
- Penerapan Lingkungan Terstruktur
Anak dengan ADHD sering kali membutuhkan prediktabilitas. Dalam kasus ini, keluarganya mulai menerapkan jadwal harian yang jelas dengan alat bantu visual. Hal ini mengurangi kebingungan dan membantu anak memahami apa yang harus dilakukan. Penelitian dari Chronis-Tuscano et al. (2016) menunjukkan bahwa lingkungan terstruktur meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola waktu dan fokus.
Langkah lain yang dilakukan adalah membagi tugas besar menjadi tugas kecil yang lebih mudah dikelola. Strategi ini mencegah anak merasa kewalahan, yang sering kali menjadi pemicu perilaku impulsif.
- Pola Asuh Positif dan Penguatan Perilaku
Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga berubah dari pola kritik menjadi penguatan positif. Misalnya, ketika Anak berhasil menyelesaikan tugas sekolah tanpa gangguan, ibunya memberikan pujian dan penghargaan kecil seperti waktu ekstra untuk bermain. Strategi ini sesuai dengan penelitian Firmin & Phillips (2009), yang menekankan efektivitas penguatan positif dalam meningkatkan perilaku yangdiinginkan. Sebaliknya, pendekatan berbasis hukuman atau kritik keras cenderung memperburuk perilaku anak dan meningkatkan stres emosional mereka (Montes & Montes, 2020).
- Kolaborasi dengan Pihak Sekolah dan Tenaga Profesional
Guru menggunakan strategi intervensi berbasis perilaku di kelas, seperti pemberian penghargaan untuk perilaku baik dan pemberian waktu istirahat untuk membantu anak mengelola hiperaktivitasnya. Penelitian oleh Montes & Montes (2020) menegaskan bahwa keterlibatan orang tua dalam Individualized Education Plan (IEP) meningkatkan hasil belajar anak dengan ADHD. Selain itu, psikolog anak membantu memberikan terapi perilaku kognitif (CBT) untuk melatih Anak mengenali dan mengelola emosinya.
- Pelatihan Keterampilan Sosial
Anak dengan ADHD sering kali kesulitan memahami aturan sosial dan menghadapi konflik dengan teman sebayanya. Orang tuanya membantu dengan melakukan permainan peran di rumah. Mereka mensimulasikan situasi sosial tertentu, seperti cara bergiliran saat bermain, yang kemudian dipraktikkan di sekolah. Menurut penelitian dari GamaJPP (2023), pelatihan keterampilan sosial melalui pendekatan multisensori dapat membantu anak memahami emosi orang lain dan meningkatkan hubungan sosial mereka.
- Dukungan Emosional
Keluarga juga harus mengutamakan komunikasi terbuka, yang memungkinkan Anak untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya tanpa takut dihukum. Penelitian oleh Mofokeng & van der Wath (2017) menunjukkan bahwa anak yang merasa didukung secara emosional oleh orang tua cenderung memiliki kontrol diri yang lebih baik dan mampu mengatasi tantangan dengan lebih efektif.
- Mengelola Stres Orang Tua
Menghadapi ADHD pada anak bisa menjadi tantangan besar bagi orang tua. Orang tua bisa bergabung dengan kelompok dukungan untuk berbagi pengalaman dengan orang tua lain yang menghadapi situasi serupa. Dukungan ini membantunya mengelola stres dan mengembangkan strategi pengasuhan yang lebih efektif.