Waspada Disleksia
Ditulis Oleh :
Nurhidayah, S.Pd
Disleksia adalah salah satu jenis gangguan belajar yang
membuat anak kesulitan untuk membaca, menulis, mengeja atau berbicara dengan
jelas. Gangguan belajar yang dialami
mengakibatkan anak susah memahami kosa kata, kalimat, membaca dan
memahami apa yang dibaca, misalnya saat membaca, indera penglihatan akan
mengirim sinyal dari gambar atau huruf
yang dilihat dan didengar ke saraf pusat atau otak, kemudian otak akan
menghubungkan huruf atau gambar dalam urutan yang benar hingga terbentuk
menjadi kata, kalimat, atau paragraph yang dapat dibaca, itu yang seharusnya,
tapi pada anak Disleksia mereka megalami kesulitan untuk mencocokkan huruf dan gambar tersebut
dan hal ini akan membuat anak mengalami kesulitan mempelajari hal selanjutnya.
Namun, perlu kita ketahui juga walaupun Disleksia menyebabkan gangguan belajar,
kondisi ini sama sekali tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan.
Kondisi Disleksia dapat terjadi pada anak-anak, remaja
hingga orang dewasa, gangguannya akan muncul seumur hidup dan tidak bisa
disembuhkan, namun Disleksia bisa dikelola, untuk itu tidak ada kata terlambat
bagi yang mengalami gangguan ini guna meningkatkan perkembangan bahasanya.
Disleksia sulit dikenali apabila anak belum mulai sekolah, gangguan ini akan
bisa terlihat di masa perkembangan saat anak mulai belajar membaca.
Ciri-ciri Disleksia dapat kita lihat berdasarkan tahapan
usianya yaitu : Pada usia prasekolah diantaranya adalah : 1) Anak terlambat
bicara. 2) Lambat dalam mempelajari kata-kata baru. 3) Kesulitan membentuk kata
dengan benar atau kesulitan memahami kata yang sama. 4) Kesulita untuk
mengingat huruf, angka dan warna. Gejala Disleksia pada usia sekolah adalah :
1) Kemampuan membaca sangat rendah dibanding anak seusianya. 2) Kesulitan
memahami dan memproses apa yang didengarnya 3) Sulit untuk menemukan kata atau
kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan. 4) Sulit mengingat urutan
kejadian. 5) Dalam menyelesaikan tugas membaca atau menulis membutuhkan waktu
yang sangat lama. 6) Sering menghindari kegiatan membaca. Gejala Disleksia pada
usia remaja dan dewasa adalah : 1) Kesulitan membaca dengan suara lantang. 2) Kemampuan
membaca dan menulis lambat. 3) Memiliki masalah dalam mengeja. 4) Selalu
menghindari kegiatan yang berhubungan dengan membaca. 5) Sering salah mengucapkan
nama atau kata. 6) Sulit memahami kata idiom atau perumpamaan. 7) Membutuhkan
waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas membaca atau menulis, serta 8) Kesulitan
menghafal dan meringkas sebuah cerita.
Dilihat dari penyebabnya, yang utama berasal dari genetika.
Seorang anak yang menderita Disleksia kemungkinan memiliki orangtua, saudara
atau anggota keluarga lain yang juga memiliki penyakit yang sama. Disleksia
menyebabkan disfungsi otak bagian pengelolaan bahasa. Disfungsi gangguan fungsi
otak ini menyebabkan penderita menjadi lebih lambat dan susah dalam memahami
bahasa.
Nah, walaupun Disleksia tergolong penyakit yang berasal dari
genetika dan tidak dapat disembuhkan, tetapi deteksi dan penanganan sejak dini
terbukti efektif meningkatkan kemampuan penderita dalam membaca. Salah satu
metode yang paling efektif dalam meningkatkan kemampuan baca tulis penderita
Disleksia adalah Metode Fonik. Metode Fonik berfokus meningkatkan kemampuan
dalam mengidentifikasi dan memroses suara. Dalam metode ini penderita akan
diajari mengenal bunyi kata yang terdengar mirip: seperti pasar dan pagar,
mengeja dan menulis dari kata sederhana hingga kalimat rumit, memahami huruf
dan susunan huruf yang membentuk bunyi, membaca kalimat dengan tepat serta
memahami apa yang dibaca.
Peran keluarga sangat penting dalam
mendampingi anak Disleksia agar anak tetap semangat untuk belajar. Keluarga
harus menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang besar, yaitu dengan memuji
atau merayakan setiap kemajuan sekecil apapun yang diraih anak. Hal ini berguna
membangun kepercayaan diri anak untuk bersosialisasi dengan orang lain agar
tidak terjadi gangguan emosional pada anak, disamping itu beri anak kebebasan
untuk melakukan berbagai hal yang disukainya, seperti melukis, bermain bola,
atau bermain musik.