Jangan Katakan Anak Tidak Bisa Sebelum Mencoba
Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu, pendidikan yang diberikan harus berbeda dan sesuai dengan anak. Lingkungan memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak. Kemampuan potensi anak seumpama karet gelang. Masing-masing anak memiliki potensi dan kelenturan yang berbeda-beda. Ada anak yang memiliki potensi besar dalam bidang matematika dan sains, ada anak-anak yang memiliki potensi yang kuat dalam bidang bahasa atau seni dan ada anak yang memiliki kemampuan sosialisasi.
Begitu juga dengan anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus adalah tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, lambat belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan dan kesulitan bersosialisasi.
Contohnya adalah anak lambat belajar (slow learner). Slow learner adalah seorang yang memiliki prestasi rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya ) pada seluruh area akademik. Seorang anak slow learner membutuhkan lebih banyak waktu dan lebih banyak pengulangan agar memahami konsep-konsep baru. Ia memiliki daya tangkap yang lebih lambat dibandingkan rata-rata orang seusianya sehingga memerlukan pertolongan ekstra untuk dapat berhasil.
Oleh karena itu, setiap anak memiliki kemampuan ataupun bakat yang berbeda-beda. Hanya karena seorang anak tidak bisa melakukan atau mengerjakannya seperti anak seusianya, jangan terburu-buru menghakimi bahkan mengatakan kalau anak tersebut tidak bisa mengerjakan. Jangan pula membanding-bandingkan anak, karena ketika hidupnya penuh dengan kalimat perbandingan “si A saja sudah bias begini, kok kamu tidak bias” akan membuat anak tertekan. Bahkan ia juga menganggap dirinya sendiri tidak bisa.