Perjuangan Guru SLB Ajarkan Anak Kebutuhan Khusus Menjahit, Efi Yanti: Harus Sabar, Waktunya Lama
Sumber
berita: TribunNews - Padang
Link:
https://padang.tribunnews.com/2020/09/18/perjuangan-guru-slb-ajarkan-anak-kebutuhan-khusus-menjahit-evi-yanti-harus-sabar-waktunya-lama
SlbAutisma-YppaBukittinggi.sch.id
- Perjuangan guru keterampilan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autisma
YPPA Kota Padang mengajarkan siswanya yang berkebutuhan khusus
atau ABK untuk menjahit tidak mudah.
Guru keterampilan SLB
Autisma YPPA kota Padang Sumatera Barat Efi Yanti mengatakan program
keterampilan menjahit dimulai sejak tahun 2013.
Menurutnya, untuk
mengajarkan anak autism menjahit dilakukan secara bertahap dan membutuhkan
waktu yang lama.
"Awalnya hanya ada
satu mesin jahit, dengan siswanya ada sekitar 10 orang dengan dua guru yang
mengawasi," kata Efi Yanti, Jumat (18/9/2020).
Menurutnya, siswa
awalnya diajarkan menggerakan atau menggoyang mesin dengan menggunakan mesin.
Dengan begitu, motorik
siswanya yang rata-rata autis juga ikut terlatih dengan sendirinya.
"Pertama
mengajarkan mereka menggoyangkan mesin saja dulu, tanpa jarung, benang, cuma
goyangkan kakinya, lama juga dulu itu, karena motoriknya dilatih," ujar
Efi Yanti.
Kemudian setelah kaki
siswa lancar menggerakan mesin, gerakan tangan dilatih dengan menggunakan
kertas tanpa benang dan jarum.
"Kemudian ada yang
lancar maka naik tingkat, jahit dalam bentuk lingkungan atau petak,"
ujarnya.
Selanjutnya diajarkan
memasukan benang, kemudian jahit kain dengan pakai benang dan jarum.
"Belajarnya memang
lama, walaupun lama belajarnya, anak-anak itu malah betah dan senang,"
ujarnya.
Efi Yanti mengatakan
tidak semua siswa menyukai pembelajaran menjahit, siswa yang menyukainya
biasanya tenang saat menjahit.
"Jika saat
pelajaran akademik, mereka ribut, beda kalau menjahit mereka tanang dan tidak
terasa sudah jam pulang. Kalau sedang asik menjahit mereka tidak mau
pulang," ujarnya.
Efi Yanti mengatakan
saat ini ada empat siswanya yang kemampuan menjahitnya sudah bagus.
Mereka biasanya
menjahit kotak pensil dan juga masker, yang sudah bisa dijual.
"Kontak pensil dan
masker dibuat dari kain perca dan nanti yang beli orang tua murid, guru,
uangnya disimpan," tambahnya.
Efi Yanti mengatakan
tantangan mengajarkan siswanya menjahit harus sabar dan butuh yang lama.
"Awal kelas
terampil 2013an, yang baru berhasil mereka inilah, hasil jahitannya rapi dan
bisa dijual," ujarnya.
Menurutnya, siswa yang
menyukai menjahit juga disarankan kepada orang tuanya untuk membeli mesin
sendiri.
"Sekarang mereka
punya mesin sendiri dan jahit di rumah sendiri" ujarnya.
Efi Yanti berharap dengan
kemampuan menjahit tersebut, anak-anak berkebutuhan khusus bisa bekerja dan
diterima di masyarakat.
"Karena mereka
sudah besar, usianya ada 14 sampai 17 tahun. Jika lulus nanti, kita inginnya
mereka diterima bekerja," tambahnya. (*)