Sekolah Luar Biasa Autisma Yayasan Pengembangan Potensi Anak Bukittinggi

Berita


Ketika Kecemburuan Memicu Tantrum Anak Autis di Sekolah

Oleh : Hana Cintami Fikri, S.Pd

 

Sekolah Luar Biasa adalah lingkungan yang dirancang untuk memberikan dukungan belajar individual bagi anak berkebutuhan khusu, termasuk anak dengan Autism Sprectrum Disorder (ASD). Di dalam lingkungan yang sangat terstruktur, sering kali terjalin ikatan yang intens antara siswa dan guru. Namun, ikatan yang kuat ini kadang kala dapat memicu emosi, seperti kecemburuan.

Kasus seorang anak autis di SLB yang mengalami tantrum, merusak barang, dan mencubit teman karena cemburu melihat gurunya mengajar teman yang lain bukanlah insiden yang terisolasi. Peristiwa ini menyoroti tantangan mendalam dalam regulasi emosi, komunikasi, dan interaksi sosial yang dihadapi oleh anak-anak autis.

  1. Memahami Pemicu : Kenapa Kecemburuan Begitu Kuat ?

Perilaku cemburu pada anak autis sering kali berakar pada kebutuhan akan prediktabilitas, rutinitas, dan perhatian individual yang konsisten. Beberapa faktor yang mungkin menjadi pemicu intensitas emosi ini meliputi:

  1. Kebutuhan Akan Perhatian Eksklusif: Banyak anak autis mengandalkan guru sebagai jangkar emosional dan sumber kenyamanan. Ketika perhatian guru dialihkan ke teman sekelas, mereka mungkin menginterpretasikannya sebagai ancaman terhadap rasa aman dan rutinitas mereka.
  2. Kesulitan Memproses Sosial: Anak autis sering kesulitan memahami konsep sosial yang abstrak, seperti berbagi perhatian atau menunggu giliran. Mereka mungkin tidak memiliki kerangka berpikir untuk mengerti bahwa guru dapat memberikan perhatian pada lebih dari satu siswa tanpa mengurangi perhatian yang diberikan padanya.
  3. Keterbatasan Komunikasi Emosional: Frustrasi, marah, atau kecemasan yang disebabkan oleh rasa cemburu tidak dapat diungkapkan melalui kata-kata atau bahasa tubuh yang mudah dipahami. Akibatnya, emosi tersebut "meledak" dalam bentuk tantrum
  4. Sensory Overload: Tantrum yang melibatkan perusakan barang atau agresi (mencubit) dapat juga dipicu oleh stimulasi sensorik berlebih (bising, ramai) yang terjadi saat kecemburuan muncul, membuat mereka mencari cara untuk mengontrol lingkungannya melalui tindakan fisik.
  5. Manifestasi Perilaku: Tantrum dan Agresi

Tantrum pada anak autis berbeda dengan amukan biasa. Ini sering disebut "meltdown" yang merupakan reaksi yang tidak terkontrol terhadap overload emosi atau sensorik. Dalam kasus ini, ledakan emosi tersebut diwujudkan melalui:

  1. Tantrum: Menangis histeris, berteriak, menghentakkan kaki, atau menjatuhkan diri ke lantai.
  2. Perusakan Barang: Aksi yang seringkali merupakan upaya untuk mengendalikan lingkungan yang terasa kacau atau untuk mengalihkan fokus dari sumber frustrasi (guru/teman).
  3. Agresi (Mencubit Teman): Tindakan agresi terhadap teman sekelas adalah cara anak meluapkan kecemburuannya, yang ia anggap sebagai 'saingan' atas perhatian guru. Ini merupakan bentuk komunikasi yang tidak tepat akibat kesulitan dalam interaksi sosial.
  4. Strategi Penanganan dan Intervensi di SLB

Peran guru dan terapis di SLB sangat krusial dalam mengelola situasi ini. Tujuannya bukan hanya menghentikan tantrum, tetapi mengajarkan keterampilan regulasi emosi dan komunikasi yang lebih adaptif.

  1. Intervensi Segera Saat Tantrum Terjadi
  2. Prioritaskan Keselamatan: Pindahkan anak yang tantrum dan teman-teman lain ke tempat aman untuk menghindari cedera. Jauhkan barang-barang yang dapat dirusak atau digunakan sebagai senjata.
  3. Tetap Tenang: Guru harus menjaga ketenangan. Reaksi emosional yang berlebihan dapat meningkatkan intensitas tantrum anak.
  4. Berikan Ruang (Ignore): Dalam beberapa kasus, mengabaikan perilaku tantrum (selama aman) adalah cara efektif agar anak tidak belajar bahwa tantrum adalah cara untuk mendapatkan keinginannya (perhatian guru).
  5. Alihkan Perhatian: Setelah tantrum mereda sedikit, alihkan perhatian anak pada objek atau aktivitas yang menenangkan dan disukainya.
  6. Pencegaha dan Penanganan Jangka Panjang
  7. Visual Supports (Dukungan Visual): Gunakan jadwal visual atau Social Story untuk mengajarkan konsep berbagi perhatian, menunggu giliran, atau apa yang diharapkan saat guru mengajar teman lain.
  8. Validasi Emosi: Ajarkan anak untuk mengidentifikasi dan menamai perasaannya (misalnya, menggunakan kartu emosi). Guru dapat memvalidasi, "Ibu tahu kamu marah karena Ibu bicara dengan Budi, tapi kamu harus tunggu giliranmu."
  9. Ajarkan Komunikasi Alternatif: Latih anak untuk meminta perhatian secara verbal, atau menggunakan gambar (kartu permintaan) untuk menyatakan kebutuhannya, bukan dengan tantrum.
  10. Sistem Penguatan Positif: Gunakan teknik seperti Token Economy (ekonomi token). Anak diberi token (stiker, poin) saat berhasil menunggu atau berbagi perhatian, yang nantinya dapat ditukarkan dengan hadiah yang ia inginkan.

Penanganan kecemburuan dan tantrum pada anak autis memerlukan kesabaran, pemahaman mendalam tentang pemicu unik setiap anak, serta kolaborasi yang konsisten antara guru, terapis, dan orang tua. Dengan strategi yang tepat, anak autis dapat belajar mengelola emosi kompleks dan mengembangkan keterampilan sosial yang lebih adaptif.

DAPODIKMEN

YPPA SUMBAR

Gedung Sekolah

Kontak

Alamat :

Jalan Pintu Kabun Jirek Gang Mawar , Kelurahan Pintu Kabun, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan,

Telepon :

08126741449

Email :

yppabukittinggi@gmail.com

Website :

www.slbautisma-yppabukittinggi.sch.id

Media Sosial :

Kepala Sekolah dan Majelis Guru

Layanan

Kalender

November 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30